PERANAN DONGENG DALAM MEMBENTUK PERILAKU ALTRUISME PADA ANAK USIA DINI

Santy Andrianie

Abstract


Perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan regulasi dan antisipasi terhadap dampak sosial yang mungkin terjadi telah menimbulkan berbagai masalah sosial. Meningkatnya peristiwa perundungan, tawuran, kekerasan, pencabulan, serta hilangnya empatiĀ  di kalangan anak Indonesia, merupakan salah satu indikator bahwa masalah sosial sudah berada di level serius dan perlu segera mendapatkan penanganan untuk mewujudkan generasi muda yang berkarakter. Untuk itu, pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini. Sikap egois, individualis dan anti sosial sering kali menjadi sumber lahirnya permasalahan sosial. Perilaku altruisme merupakan salah satu perilaku yang memiliki peranan penting bagi terbentuknya generasi yang berkarakter. Perilaku altruisme merupakan kesedian membantu orang lain tanpa pamrih. Individu yang memiliki perilaku altruisme akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga perilaku egois, individualis, dan anti sosial dapat ditekan. Perilaku altruisme dapat dilatihkan melalui berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan mendongeng. Kegiatan mendongeng memberikan pengalaman pada pendengarnya untuk berimajinasi, berempati, mampu meningkatkan moral dan etika, serta mampu merangsang individu untuk berfikir kritis dan kreatif. Dengan demikian, maka kegiatan mendongeng dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menginternalisasikan perilaku altruisme sehingga tertanam sebagai karakter dalam diri anak. Kegiatan mendongeng yang diberikan pada anak-anak bermanfaat sebagai upaya antisipasi dan membentengi anak dari pengaruh buruk teknologi dan informasi yang tak terbendung.

Full Text:

PDF

References


Siti, A., dkk. (2010). Perkembangan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Augusta. (2012). Pengertian Anak Usia Dini. Dari http://infoini.com/ Pengertian Anak Usia Dini.

Baron, RA & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.

Borba, M. (2001). Building moral intelligence. San Fransisco : Josey-Bass.

Elis, R, A. (2010). Implementasi Metode Bercerita dalam Mengembangkan Empati Anak Usia Taman Kanak-kanak.Skripsi: tidak diterbitkan.

Isbell, R., Sobol, J., Lindauer, L & Lowrance. (2004). The effects of storytelling and story reading on the oral language complexity and story comprehension of young children. Early childhood education journal, 32 (3). Springer Science Business Media, Inc.

Lenox, M. F. (2000). Storytelling for young children in a multicultural world. Early childhood education journal, 28 (2). Human Sciences Press, Inc.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta

Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial Islami, Jakarta : PT Refika Aditama

Sanchez, T., Zam, G., & Lambert, J. (2009). Story-telling as an effective strategy in teaching character education in middle grade social studies. Journal for the liberal arts and sciences, 13 (2).

Santrock, J. W. (2013). Life-span Development 14th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Sosial; individu dan teori-teori psikologi social. Jakarta; Balai Pustaka.

Staden, CJS. & Watson, R. (2007). When old is new : exploring the potential of using indigenous stories to construct learning in early childhood settings. A paper presented at the AARE conference, Fremantle 26-29th November.

Yulianti, D. (2010). Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks


Refbacks

  • There are currently no refbacks.