Membudayakan pikiran, membahasakan budaya, dan membudayakan kehendak kewarganegaraan dalam kehidupan

Arsen Muslih Mulyadi, Ibnu Tohar Nurhadi Djonu Kamole

Abstract


Tujuan dari penulisan ini adalah untuk merefleksikan kembali spirit kemanusiaan dalam wacana “Membudayakan Pikiran, Membahasakan Budaya, dan Membudayakan Kehendak Warganegara dalam Kehidupan”. Adapun juga tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk menelusuri aktifitas warganegara. Metode penulisan ini adalah deskripsi, dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial. Muncul pertanyaan, Mengapa manusia mesti berbudaya? Bagaimana manusia budaya itu? Mari, sejenak kita membudayakan pikiran dengan membahasakan budaya, agar kita kita mampu secara sadar membudayakan kehendak kita menuju pada hal-hal yang baik. Namun untuk menjadi warganegara yang baik manusia perlu mengetahui kebaikan yang disepakati secara bersama dalam keidupan sosial. Apakah setaip individu memerlukan kecerdasan kewargaan dalam melihat berbagai macam keberagaman? lalu Bagaimana membentuk keadaban publik.? Dengan pertanyaan sederhana ini penulis akan menguraikan perlunya mengembangkan kecerdasan kewargaan dalam membangun peradaban yang beradab.Secara Etimologi kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta buddhaya, bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal). Dalam arti berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur berasal dari bahasa latin yaitu culture. Yang berasal dari kata latin colere yang berarti “mengolah mengerjakan”. Hal ini berarti bahwa budaya merupakan aktivitas manusia, bukan aktivitas mahluk lain dan ini menjadi ciri manusia. Selain sebagai mahluk yang berbudaya, manusia juga mahluk yang selalu berinteraksi dan tidak terlepas dari orang lain (homo socius). Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, manusia menggunakan simbol (homo simbolicum). Idealnya manusia dalam berdialektika, mampu membahasakan seluruh aktifitas pikiran serta bertindak secara manusiawi. Dengan demikan maka harus adanya pertimbangan dalam melihat pluralitas kehidupan manusia. Karena dalam kehidupan masyarakat atau kehidupan manusia terdapat banyak perbedaan. Baik itu perbedaan secara objektif maupun secara subjektif. Perbedaan secara objektif yakni bahasa, sejarah, agama, dan adat istiadat. Sedangkan perbedaan secara subjektif manusia yang berbudaya baik itu melalui wilayah, baik desa, kelompok etnis dan lain-lain yang cakupannya adalah budaya yang berbeda-beda. Keseluruhan dari keberadaan yang multicultural ini memerlukan juga toleransi. Sebeb toleransi adalah suatu bentuk kematangan pertimbangan dalam membangun kecerdasan kewargaan menuju bingkai keadaban yang manusiawi.  

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.