Isolasi fungi endofit kulit mentimun (Cucumis sativus L.) dan evaluasi aktivitas penghambatannya terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231

Baru Dwi Yuanwar, Erny Qurotul Ainy

Abstract


Mentimun (Cucumis sativus L.)  merupakan salah satu tanaman dalam famili Cucurbitaceae yang banyak dibudidayakan. Uji fitokimia ekstrak kulit mentimun menunjukan adanya kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai antifungi. Fungi endofit mampu memproduksi senyawa aktif yang mirip dengan senyawa yang dihasilkan oleh inangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi fungi endofit dari kulit mentimun dan menguji aktivitasnya sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Fungi endofit diisolasi dari kulit mentimun varietas Baby. Isolat fungi endofit yang telah dipurifikasi kemudian dikarakterisasi secara morfologi dan diuji aktivitas antifunginya dengan metode paper disc assay. Selanjutnya dilakukan uji kualitatif untuk mendeteksi kandungan senyawa aktif antifungi dalam ekstrak isolat fungi endofit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 jenis isolat fungi endofit pada kulit mentimun yaitu AU1, AU2, AT3, BT1, BP2. Identifikasi secara morfologi menunjukkan bahwa isolat AU1 dan BT1 termasuk pada Penicillium, isolat AU2 dan AT3 sebagai anggota genus Cladosporium, dan isolat BP2 teridentifikasi sebagai Aspergillus.  Kelima isolat mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hasil uji terhadap supernatan masing-masing isolat mengungkap bahwa isolat AU1 dan AT3 terdeteksi memiliki kandungan senyawa flavonoid, isolat BP2 menghasilkan alkaloid dan flavonoid, sedangkan  isolat BT1 menghasilkan flavonoid, saponin dan tanin, serta isolat AU2  menghasilkan  steroid,  flavonoid,  saponin  dan tanin.  Senyawa - senyawa metabolit tersebut berpotensi sebagai antifungi.

Keywords


Candida albicans; Cucumis sativus L.; fungi endofit

Full Text:

PDF

References


Anggraini, V. & Masfufatun, M. (2017). Efektivitas Kombinasi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dan Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana) dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans. Jurnal Kimia Riset, 2(2): 86 – 92.

Djamaan, A., Asia & Wahyuni, R. (2014). Isolasi Mikroba Endofit dari Kulit Batang, Daun, dan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pengkulturan serta Uji Aktivitas Antimikrobanya. Jurnal Farmasi Higea, 6(1): 90-97.

Elfina, D., Martina, A. & Roza, R. M. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Fungi Endofit dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai antimikroba terhadap Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pekanbaru: FMIPA Binawidjaya.

Fitriani, A., et al. (2012). Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicanssecara in vitro. Biosfera 29 (2): 71-79

Gandjar, I., Samson, A. Robet., Tweel-Vermeulen, K., Oetari, A., Santoso, I., (1999). Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hamdanah. (2012). Keragaman Kepekaan C. albicans yang Diisolasi dari Lokasi Peternakan Sapi Perah terhadap Beberapa Anticendawan. [Skripsi]. Bogor: IPB.

Kumala, S & Pratiwi, A. A. (2014). Efek Antimikroba dari Kapang Endofit Ranting Tanaman Biduri. Jurnal Farmasi Indonesia, 7(2): 111-120.

Malik, J. & Akhter, R. (2012). Phytochemical Screening and In-vitro Evaluation of Reducing Power, Cytotoxicity and Anti-Fungal Activities of Ethanol Extracts of Cucumis sativus. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives, 3(3): 555-560.

Mizana, D. K., Suharti, N. & Amir, A. (2016). Identifikasi Pertumbuhan Fungi Aspergillus sp. pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2): 355-360.

Mutiawati, V. K. (2016). Pemeriksaan Mikrobiologi pada Candida albicans. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 16: 53-63.

Nurhidayah., Hasanah, U. & Idramsa. (2014). Pengaruh Ekstrak Metabolit Sekunder Fungi Endofit Tumbuhan Cotylelobium melanoxylon dalam Menghambat Pertumbuhan Mikroba Patogen. Medan: Universitas Negeri Medan,

Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universita Indonesia Press.

Praja, R. N. & Yudhana, A. (2017). Isolasi dan Identifikasi Aspergillus spp. pada Paru-Paru Ayam Kampung yang Dijual di Pasar Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1 (1): 6-11.

Pratiwi. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

Prihatiningtias, W. (2005). Senyawa bioaktif Fungi Endofit Akar Kuning (Fibraurea chloroleuca Miers) sebagai senyawa antimikroba. [Thesis]. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

Purwanto, R. 2008. Peranan Mikroorganisme Endofit sebagai Penghasil Antibiotik. www.kabarindonesia.com. Diakses Februari 2019

Rachman, S. D., Safari, A., Fazli., Kamara, D. S., Siddik, A. & Udin, L. Z. (2016). Produksi Penisilin oleh Penicillium chrysogenum L112 dengan Variasi Kecepatan Agitasi pada Fermentor 1 L. Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(2): 1-6.

Radji, M. (2005). Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam

Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, 2(3): 113-126

Rafal., Lejman, A., Pusz, W., Miluch, A. & Miodynska, P. (2012). Characteristics and Taxonomy of Cladosporium Fungi. Mikologia Lekarska, 19(2): 80-85.

Rodriguez, R. J., White, J. F., Arnold., A. E. & Redman, R. S. (2009). Fungal Endophytes: Diversity and Functional Roles. NewPhytologist, 182: 314– 330.

Samson, A. R. (2016). Training Course for The Identification of Aspergillus, Penicillium and Talaromyces. Netherlands: Westerdijk Fungal Biodiversity Institut, Utrecht.

Singh, I. P. & Bharate, S. B. (2005). Anti-HIV Natural Products. Journal Current Science, 89: 269-290.

Subhisha, S. (2005). Antifungal Activities of a Steroid from Pallavicinia lyllii a Liverwort. Tropical Botanic Garden and Research Institute.

UI Haq, I. S., Ali, M. A. Qadeer & Iqbal, J. (2003). Control of Asppergillus niger Morphology to Enhance Citric Acid Production Under Liquid Culture. Pakistan Journal Botany, 35(4): 533-539.

Visagie, C. M., Houbraken, J., Frisvad, J. C., Hong, S. B., Klaassen, C. H. W., Perrone, G., Seifert, K. A., Varga, J., Yaguchi, T. & Samson, R. A. (2014). Identification and Nomenclature of the Genus Penicillium. Studies in Mycology, 78: 343-371.

Wahyudi, P. (2001). Mikroba Endofitik: Simbion dalam Jaringan Tanaman. Lingkungan Manajemen Ilmiah. 3 (2): 45-50

Xue, H., Lu, C., Liang, L. & Shen, Y. (2012). Secondary Metabolites of Aspergillus sp. CM9a, an Endophytic Fungus of Cephalotaxus manni. Natural Product, 6 (10): 28-34.

Yusuf, E. S., Nuryani, W. & Hanudin. (2016). Isolasi dan Identifikasi Mikoparasit Utama pada Karat Krisan. Jurnal Hortikultura. 26(2): 217-222.




DOI: https://doi.org/10.26555/symbion.3552

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Symbion



Symbion organized by

Deparment of Biology Education

Faculty of Teacher Training and Education

Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Campus 4 UAD Jl. Ringroad Selatan, Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul,

Special Region of Yogyakarta, 55191